Jurnal Syntax Transformation

Vol. 1 No. 8, Oktober 2020

p-ISSN : 2721-3854 e-ISSN : 2721-2769

Sosial Sains

 

ANALISIS SISTEM PENGENDALIAN INTERNAL PADA AKTIVITAS  PENERIMAAN DAN PENGELUARAN KAS PADA PERUSAHAAN (STUDI KASUS PADA PT. X)

 

Andrean Titus, Ronny Andesto dan Yoyoh Guritno

Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta, Indonesia

Email: andrean.titus@upnvj.ac.id, r_andesto@yahoo.com dan yoyoh@upnvj.ac.id

 

INFO ARTIKEL

ABSTRAK

Diterima Diterima dalam bentuk revisi

Diterima dalam bentuk revisi

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sistem pengendalian internal (internal control system) pada aktivitas penerimaan kas serta pengeluaran kas yang ada pada perusahaan PT. X, apakah sistem pengendalian internal yang dilakukan sudah berjalan dengan baik atau belum. Adapun untuk teori yang digunakan di dalam kegiatan penelitian ini adalah teori dari Mulyadi. Serta metode yang digunakan untuk penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif dengan pendekatan studi kasus serta menggunakan paradigma interpretif, Teknik  analisa data yang digunakan pada saat proses penelitian yaitu berupa wawancara, observasi dan juga dokumentasi dengan informan kunci dan juga informan pendukung. Hasil dari penelitian ini didapatkan bahwa PT. X masih belum sepenuhnya memenuhi beberapa unsur-unsur pengendalian internal, karena masih adanya praktek yang belum sesuai dengan pustaka atau kajian teori yang ada. Dimana, ditemukan masih terdapat beberapa perangkapan tugas atau jabatan yang dilakukan oleh bagian akuntansi dan keuangan (bendahara) serta unit audit internal yang ada diperusahaan yang juga dirangkap oleh bagian akuntansi. Praktek seperti ini dikhawatirkan dapat memberi peluang bagi oknum yang tidak bertanggung jawab untuk melakukan penyelewangan terhadap aset atau kas perusahaan, sehingga dapat merugikan perusahaan. Tetapi terlepas dari beberapa kekurangan tersebut, dapat dilihat bahwa PT. X secara keseluruhan sudah memiliki

                                                 suatu sistem pengendalian internal yang sudah cukup baik.         

Kata kunci:

Pengendalian Internal; Penerimaan Kas; Pengeluaran Kas Dan Sistem Informasi

 


Pendahuluan

Bersamaan dengan perubahan zaman dari waktu ke waktu, umumnya setiap perusahaan selalu diminta untuk dapat menjalankan kegiatannya dan juga harus dapat mengatasi permasalahan yang akan terus muncul, diantaranya yaitu dalam hal pengendalian (control system) terhadap suatu aset daripada perusahaan. Contoh aset perusahaan yang susah untuk diawasi diantaranya berupa kas (cash). Kas


dibutuhkan untuk pembiayaan kegiatan operasi perusahaan baik untuk harian, dan juga untuk melakukan investment dalam bentuk aset.

Lazimnya, aktivitas penerimaan kas (cash receipt) merupakan kas yang diperoleh perusahaan seperti uang (cash in hand), cek, obligasi, sertifikat atau surat yang dapat langsung dipakai, dan bersumber dari kegiatan perusahaan diantaranya dari penjualan secara tunai (sales), pelunasan


 

 

 


piutang dan juga transaksi lain yang bisa menambahkan kas daripada perusahaan. Di lain sisi pengeluaran kas (cash disbursement) untuk perusahaan merupakan kas yang dipakai untuk pembiayaan kegiatan operasional perusahaan secara keseluruhan, contohnya mulai dari pembelian bahan baku produk, pembelian aset tetap dan pembiayaan lainnya.

Setiap perusahaan tentunya memiliki sistem pengendalian tersendiri dalam hal mengatur seluruh kegiatan yang dilakukan. Hal ini dimaksudkan untuk mencapai tujuan yang ditetapkan perusahaan. Pencapaian tujuan tersebut dilakukan melalui banyak hal, salah satu diantaranya adalah menetapkan beberapa pengawasan atau pengendalian internal perusahaan (Q. Nadira, 2015).

Berdasarkan pendapat (Anastasia, 2015) Pengendalian internal merupakan kegiatan yang sangat penting sekali dalam pencapaian tujuan usaha. Demikian pula dunia usaha mempunyai perhatian yang semakin meningkat terhadap penegendalian internal.

Begitu juga dengan PT. X selaku perusahaan yang membidangi sektor market riset (market research), yang dimana perusahaan juga harus berupaya untuk memastikan bahwa dalam kegiatan usaha yang dilakukan harus menerapkan pengendalian internal yang memadai, terdapat contoh kasus yang terjadi pada perusahaan, dimana untuk jumlah penerimaan dan pengeluaran kas nya pun terbilang cukup besar untuk proyek–proyek riset yang dikerjakan oleh PT. X, berdasarkan data yang didapat peneliti dari laporan sales register tahun 2019 dalam program magang kerja dan pra-riset didapati jumlah penerimaan sebesar Rp. 3.375.162.180,- dan diikuti juga dengan jumlah pengeluaran pada PT. X yang juga cukup besar untuk periode selama satu tahun, selama periode tahun 2019, sebesar kurang lebih Rp. 2.000.520.175,- dimana ditemukan juga pada salah satu pendapatan proyek riset pada PT. X dengan jumlah Rp. 119.359.048,-


sedangkan pengeluaran untuk proyek riset tersebut sejumlah Rp. 108.508.225,- dimana hal ini menjadi perhatian bagi peneliti dikarenakan margin atau keuntungan pada proyek ini hanya kurang lebih sebesar 10%, tidak seperti proyek riset lainnya yang rata- rata memiliki margin keuntungan diatas 40%, lalu juga terkait dengan pengeluaran petty cash atau dana kas kecil pada perusahaan, yang cukup banyak dikeluarkan, karena PT.  X merupakan perusahaan market riset yang dimana juga banyak pekerjaan di lapangan untuk mendapatkan data, dan pastinya membutuhkan dana yang lumayan besar untuk research team dan field team daripada PT. X, sehingga pastinya banyak terjadi pengeluaran yang dilakukan oleh perusahaan, hal ini sangat perlu diberi perhatian khusus bagi perusahaan terkait dengan aktivitas pengeluaran kas.

Karena apabila perusahaan tidak memiliki suatu internal control system yang memadai pada penerimaan dan pengeluaran kas, tentunya hal ini dapat menjadi celah bagi oknum karyawan atau pekerja pada perusahaan untuk melakukan tindak pencurian, penyelewengan, dan juga kecurangan, sehingga dapat berbahaya dan sangat merugikan perusahaan nantinya (Rahmawati et al., 2016).

Pada penelitian terdahulu oleh (Dewi & Rita, 2016), yang dimana dari hasil penelitian yang mereka lakukan terkait evaluasi SIA penerimaan kas dalam upaya untuk meningkatkan pengendalian internal pada PT. Arema Indonesia Malang, dapat disimpulkan bahwa sistem informasi akuntansi penerimaan kas masih belum baik sepenuhnya, hal ini berdasarkan dari hasil penelitian menunjukan masih terlihat adanya rangkap jabatan, dokumen dan prosedur yang masih kurangi, sehingga belum dapat meningkatkan sistem pengendalian intern perusahaan untuk itu perlu adanya perbaikan dalam sistem informasi akuntansi penerimaan kas untuk memaksimalkan tujuan perusahaan.


Perusahaan (Studi Kasus Pada PT. X)

 


 

Sedangkan berdasarkan pada penelitian yang dilakukan oleh (Saifudin, 2017), yang hasil dari penelitiannya diketahui bahwa setelah menganalisa sistem informasi akuntansi penerimaan dan pengeluaran kas pada RSUP Dr. Kariadi Semarang sudah memadai dan berperan secara efektif dan efisien dalam imeningkatkan pengendalian internal pada pendapatan. Namun masih perlu diperhatikan iuntuk penilaian resiko idan pengawasan dengan membentuk tim auditor untuk keseluruhan rumah sakit.

Sehingga berdasarkan beberapa penelitian terdahulu tersebut dapat diketahui bahwa permasalahan yang ada pada setiap organisasi atau perusahaan berbeda-beda, Agar permasalahan terkait SPI pada penerimaan kas dan pengeluaran kas dapat dicegah dengan melakukan upaya pengendalian internal yang baik, karena tujuan pengendalian internal diantaranya seperti menurut (Tunggal, 2013) diantaranya; terkait dengan keandalan dan juga integritas pada informasi, ketaatan pada kebijakan dan prosedur yang ada pada perusahaan, serta pengamanan terhadap aset atau harta yang dimiliki oleh organisasi.

Serta juga seperti menurut pendapat (Mulyadi, 2016), yang menyatakan bahwa tujuan daripada sistem pengendalian internal diantaranya untuk melindungi aset perusahaan, mengecek ketelitian serta keandalan informasi, mendorong efisiensi serta mendorong dilaksanakannya kebijakan manajemen. Sehingga hal ini yang juga mendasari dilakukannya penelitian untuk menganalisa bagaimana sistem pengendalian internal khususnya pada aktivitas penerimaan dan juga pengeluaran kas pada PT. X.

 

Metode Penelitian

Penelitian         ini          menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Data dan informasi dideskripsikan sesuai dengan kenyataan yang ditemukan di lapangan dan disajikan dalam bentuk kalimat narasi


kemudian disimpulkan. Dengan metode kualitatif, penelitian ini tentunya akan dapat berdaptasi sesuai dengan perubahan yang terjadi (S. Ahmad, 2018). Adapun populasi serta sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah para narasumber dengan posisi terkait yang akan diwawancara, serta semua dokumen-dokumen yang terkait dengan penelitian ini.

Menurut Bogdan & Taylor pada mengatakan bahwa penelitian kualitatif sebagai suatu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati dari fenomena yang terjadi. Lalu lebih lanjutnya (Moleong, 2017) juga menyatakan penelitian deskriptif menekankan pada data berupa kata-kata, gambar, dan bukan angka-angka yang disebabkan oleh adanya penerapan metode kualitatif.

Selanjutnya menurut pendapat (Sugiyono, 2017) apabila terlihat dari segi cara ataupun teknik dalam mengumpulkan data, maka teknik pengumpulan data dapat dilaksanakan juga dengan observasi, wawancara, angket dan dokumentasi. Selain hal tersebut, semua yang dikumpulkan berkemungkinan menjadi kunci terhadap apa yang sudah diteliti. Serta hasil dari penelitian yang akan dilakukan ini hanya dapat mendeskripsikan dan juga menjelaskan wawancara-wawancara secara mendalam mengenai subjek penelitian sehingga nantinya diharapkan dapat memberikan suatu kejelasan mengenai “Analisis Sistem Pengendalian Internal (Internal Control System) pada Aktivitas Penerimaan Kas & Pengeluaran Kas pada Perusahaan (Studi Kasus pada PT. X)”.

 

Hasil dan Pembahasan

Berikut ini merupakan hasil dan analisa serta pembahasan berdasarkan proses penelitian yang sudah dilaksanakan oleh peneliti terkait dengan sistem pengendalian internal yang ada pada PT. X, yang di analisis


 

 

 


berdasarkan empat unsur sistem pengendalian internal seperti berdasarkan teori dari (Mulyadi, 2016), yang diantaranya :

A.      Struktur Organisasi

Salah satu unsur–unsur sistem pengendalian internal diantaranya adalah terkait dengan struktur organisasi yang dimana hal ini merupakan suatu bentuk gambaran untuk pembagian dan pemisahan tugas dan tanggung jawab secara fungsional untuk masing–masing posisi atau jabatan yang ada didalam suatu organisasi atau sebuah perusahaan. Yang dimana struktur organisasi ini apabila dirancang dengan baik merupakan suatu unsur untuk mewujudkan tercapainya sistem pengendalian internal yang baik apabila terdapat suatu aturan, kebijakan serta perilaku dan tindakan perusahaan atau organisasi untuk dipergunakan dalam mengamankan dan menjaga aset yang dimiliki perusahaan, guna mendorong efektivitas dan efisiensi aktivitas bisnis dan juga agar kebijakan dan peraturan yang telah dirancang dan diberlakukan oleh atasan dapat dipatuhi dengan baik.

PT. X dalam hal ini yang berkaitan dengan aktivitas penerimaan kas dan pengeluaran kas, ditemukan bahwa PT. X belum sepenuhnya melakukan pemisahan tugas fungsional yang struktural. Dimana masih terdapat perangkapan tugas yang terjadi antara Bagian Akuntansi (Accounting) yang juga melakukan tugas atau fungsi sebagai Bagian Keuangan (Finance) yang juga mengelola keuangan perusahaan.

Berdasarkan pernyataan dari hasil wawancara dengan informan penelitian, menunjukkan bahwa PT. X dalam hal ini masih belum melakukan pemisahan antara bagian accounting dan juga  bagian finance. Yang dimana bagian finance pada perusahaan juga melakukan


fungsi sebagai bendahara yang melakukan pengelolaan terhadap dana yang dimiliki oleh perusahaan. Sehingga hal seperti ini dikhawatirkan dapat menyebabkan terjadinya kekurangan terhadap akurasi data dan juga terjadinya kesalahan serta tindak penyelewengan yang dapat dilakukan oleh karyawan, karena tentunya hal ini dapat memberikan kemudahan bagi karyawan dalam hal manipulasi dan akses terhadap data data keuangan, yang dapat berdampak negatif bagi perusahaan. Tentunya hal ini dapat mengurangi tingkat efektivitas dalam praktek kerja Bagian Accounting apabila semuanya dilakukan hanya oleh satu orang dimana Bag. Accounting juga harus melakukan fungsi Finance yang juga harus mengelola keuangan perusahaan. Dengan adanya hal tersebut maka sistem pengendalian internal untuk aktivitas penerimaan dan juga pengeluaran kas pada PT. X, khususnya dalam unsur terkait struktur organisasi ini, dapat dikatakan masih belum efektif untuk upaya pencegahan tindakan kecurangan, penyimpangan atau penyelewangan serta tindak manipulasi terhadap data–data keuangan (finance).

B.       Sistem Otorisasi dan Prosedur Pencatatan

Pada setiap perusahaan atau organisasi, seluruh aktivitas transaksi dapat terjadi berdasarkan otorisasi atau persetujuan dari pejabat yang mempunyai wewenang untuk meng- otorisasi suatu aktivitas transaksi (Nisa, 2017). Maka dari itu, didalam suatu perusahaan haruslah dibentuk suatu sistem yang dapat mengatur dan mengelola pembagian tugas dan tanggung jawab serta wewenang (authority) atas segala kegiatan transaksi dalam perusahaan. Lalu selanjutnya, suatu prosedur pencatatan yang baik


Perusahaan (Studi Kasus Pada PT. X)

 


 

adalah suatu prosedur yang akan dapat menjaga dan menjamin data–data serta informasi yang terekam dalam formulir tercatat dalam catatan akuntansi secara teliti memiliki keandalan yang dapat dipercaya. Dengan begitu, suatu sistem otorisasi tentunya dapat menjamin  bahwa dokumen, catatan serta informasi dalam pembukuan yang dibuat dapat dipercaya dalam melakukan proses Accounting.

Pada PT. X sendiri, seluruh aktivitas penerimaan yang masuk dan juga dokumen yang dipergunakan dalam prosedur penerimaan kas harus diotorisasi oleh karyawan yang berwenang sesuai posisinya masing– masing karena terdapat pendelegasian tugas dan tanggung jawab serta wewenang yang jelas dari pimpinan. Selanjutnya juga dalam hal pencatatan kedalam catatan akuntansi yang dimana hal ini juga harus dilakukan oleh yang karyawan berwenang untuk melakukan pencatatan tersebut. Serta, berdasarkan pernyataan dari hasil wawancara dengan para informan, menunjukkan bahwa setiap terdapat aktivitas penerimaan atau pemasukan, transaksi harus dicek atau diperiksa oleh bagian accounting dan finance dan setelahnya akan dicatat atau input ke dalam sistem yang digunakan oleh perusahaan, yang dimana dalam hal ini PT. X menggunakan aplikasi  software MYOB Accounting, dan selanjutnya akan dilaporkan ke atasan.

Begitu juga dengan aktivitas pengeluaran pada PT. X, yang dimana setiap transaksi pengeluaran kas yang terjadi harus berdasarkan prosedur yang ada, dimana seluruh pengeluaran dan juga pembelian yang akan dilakukan harus disampaikan permohonan permintaan dana untuk menjelaskan urgensi dan kebutuhannya, serta harus dibuktikan dengan lampiran invoice,


nota, kwitansi, bon dan dokumen bukti pendukung yang lain. Dimana pemohon dana harus menyampaikan permohonan atas dana kepada bagian finance, lalu akan di periksa dan cek apakah sesuai atau tidak, dan baru selanjutnya akan di otorisasi persetujuan permintaan pengeluaran dana kas tersebut, dan dicairkan dana nya baik dalam bentuk kas, checkque, ataupun transfer. Yang selanjutnya akan dilakukan pencatatan dan pembuatan laporan oleh bagian finance dan accounting daripada perusahaan.

Berdasarkan hal tersebut, maka untuk unsur internal control system (SPI) dalam hal Sistem Otorisasi dan Prosedur Pencatatan pada PT. X sudah terbilang cukup baik, karena terdapat prosedur atas transaksi penerimaan dan juga pengeluaran, serta segala aktivitas transaksi baik itu penerimaan dan juga pengeluaran kas, haruslah melalui proses pengecekkan, pemeriksaan serta persetujuan dan otorisasi dari karyawan yang berwenang dalam perusahaan, yang dimana sisi baiknya juga terkait dengan cek yang dikeluarkan perusahaan dipegang dan diotorisasi oleh orang yang berbeda, sehingga hal ini diharapkan dapat mendorong upaya-upaya untuk mewujudkan sistem pengendalian internal yang lebih baik bagi perusahaan khususnya dalam mencegah tindak kecurangan (fraud), walaupun mungkin masih ada beberapa hal yang masih kurang atau perlu diperbaiki dan diperhatikan oleh perusahaan untuk kedepannya.

C.      Praktek yang Sehat  dalam Perusahaan

Berikut beberapa langkah serta cara-cara yang dapat dilakukan perusahaan untuk mewujudkan suatu praktek yang sehat pada organisasi, yang diantaranya :


 

 

 


1.  Menggunakan formulir bernomor urut cetak yang penggunaannya harus dipertanggungjawabkan  oleh karyawan yang berwenang. Dalam hal ini PT. X, tentunya juga selalu memakai formulir bernomor urut cetak pada setiap transaksi penerimaan dan juga pengeluaran yang dilakukan. Dan penggunaannya harus menjadi tanggungjawab karyawan yang berwenang. Fungsi atau manfaat dari pemakaian formulir bernomor urut cetak ini bertujuan agar dapat digunakan untuk verifikasi data dan pemeriksaan untuk pencatatan, memudahkan dalam hal tanggungjawab oleh bagian yang terkait dengan transaksi–transaksi perusahaan, yang dalam hal ini yaitu adalah bagian finance dan accounting yang akan bertanggungjawab secara penuh di dalam aktivitas transaksi ini.

2.  Pemeriksaan dan pengecekkan secara mendadak atas saldo kas (Surprised Audit), Terkait hal ini, PT. X sudah menerapkan pemeriksaan secara rutin dan mendadak dari atasan atau pimpinan perusahaan, sehingga karyawan perusahaan tentunya harus melaksanakan           tugas    dan tanggungjawabnya sesuai dengan bagiannya masing–masing dan meminimalisir kesalahan se-minimal mungkin. Dengan begitu, dalam hal ini PT. X sudah melakukan upaya untuk melakukan salah satu unsur sistem pengendalian internal yang diantaranya dengan melakukan Surprised Audit, agar dapat meminimalisir             kemungkinan terjadinya tindak kecurangan (fraud) yang dimana agar aset yang dimiliki perusahaan dapat terlindungi. Sehingga juga dengan praktek seperti ini pastinya karyawan jadi akan terbiasa untuk selalu bekerja dengan


jujur, sungguh–sungguh dan menjalankan tugasnya dengan baik.

3.  Semua Transaksi tidak boleh dilakukan dari awal sampai dengan akhir hanya oleh satu pihak atau satu unit organisasi, tanpa terlibatnya dari pihak atau unit organisasi lain. Seluruh transaksi yang dilakukan dengan adanya keterlibatan bagian atau pihak lain akan terwujud suatu cek internal atau check dan re-check terhadap aktivitas pelaksanaan tugas setiap posisi yang ada di organisasi terkait, Dengan begitu hal ini tentunya akan dapat meingkatkan dan juga mendorong setiap karyawan yang ada di perusahaan agar melaksanakan praktek yang sehat dalam melakukan tugasnya masing- masing. Semua transaksi yang dilakukan oleh PT. X juga tidak dilakukan hanya oleh satu orang saja. Dimana juga ada pihak lain yang terlibat dalam suatu transaksi.  Dimana para pihak terkait juga harus melakukan check dan re-check antar bagian. Selanjutnya juga seperti pada aktivitas transaksi penerimaan yang dilakukan perusahaan, diketahui bahwa di PT. X untuk aktivitas penerimaan yang dilakukan juga melibatkan beberapa pihak seperti diantaranya, Bagian Penjualan (Sales) untuk kuantitatif dan kualitatif dan juga dengan Bagian Accounting dan Finance. Dimana yang nantinya saat pembayaran dilakukan oleh client daripada PT. X, client tersebut akan konfirmasi ke Bagian Penjualan bahwa sudah melakukan pembayaran, lalu selanjutnya akan ditindaklanjuti oleh Bagian Penjualan untuk di cek dan verifikasi dan juga diinformasikan ke Bagian Accounting dan Finance untuk di cek lagi dan disesuai, apakah pembayaran tersebut


Perusahaan (Studi Kasus Pada PT. X)

 


 

sudah sesuai dengan tagihan kontrak riset yang disepakati, baru selanjutnya akan dicatat dan dibuat laporan, dan setelahnya juga menginformasikan ke pimpinan dalam hal ini yaitu Direktur Operasional perusahaan. Begitu pula, dengan            aktivitas transaksi pengeluaran yang harus melibatkan beberapa pihak yang dalam hal ini PT. X dalam melakukan aktivitas transaksi pengeluaran juga harus melalui serangkaian prosedur, yang dimana untuk permintaan dana harus mengajukan permohonan dengan menjelaskan kebutuhan dan urgensinya, yang dimana selanjutnya akan di proses oleh bagian accounting dan finance untuk diverifikasi dan periksa, setelah disetujui baru akan dicairkan permintaan tersebut baik dalam bentuk checkque, transfer bank, ataupun kas. Yang selanjutnya juga apabila pemohon sudah melakukan transaksi tersebut, harus melampirkan bukti-bukti transaksi seperti Nota, Invoice, Faktur, dan dokumen lainnya, untuk diberikan ke bagian accounting untuk diverikasi dan diperiksa lagi realisasi penggunaan atas dana yang diberikan. Jadi dalam hal ini PT. X sudah cukup baik karena dalam melakukan setiap transaksi nya harus melibatkan beberapa pihak, agar dapat meminimalisir tindak kecurangan atua fraud yang mungkin terjadi.

4.  Rotasi Jabatan (Job Rotation) atau perputaran jabatan yang dilakukan secara rutin tentunya akan bermanfaat untuk melindungi serta menjaga tingkat independensi dari para karyawan dalam melakukan tugas- tugasnya, Dengan begitu tindakan kolusi atau kerjasama antar karyawan dapat terhindarkan. Pada PT.  X, untuk masalah rotasi jabatan


sayangnya perusahaan tidak melakukan rotasi jabatan, karena semua yang duduk diposisi jabatan perusahaan sudah tetap dan tidak berubah. Sehingga hal terkait rotasi jabatan ini belum dilakukan oleh perusahaan, tidak adanya rotasi jabatan dikhawatirkan dapat menimbulkan tindak kecurangan atau fraud daripada oknum karyawan yang mungkin akan memanfaatkan kekurangan ini.

5.  Kewajiban pengambilan cuti untuk karyawan. Terkait dengan kewajiban pengambilan cuti ini, PT. X juga telah menetapkan jumlah jatah cuti yang harus diambil oleh setiap karyawannya. Maka dari itu, tanpa diharuskan mengambil cuti, karyawan memang selalu menggunakan  hak cuti yang dimiliki.

6.  Secara Periodik atau berkala dilakukan pencocokan fisik aset kekayataan perusahaan dengan catatan yang ada. Tentunya guna menjaga dan melindungi aset serta kekayaan dari perusahaan harus dicek ketelitian dan keandalan dari catatan akuntansi nya, secara berkala harus dilakukan pencocokkan atau rekonsiliasi atas aset (fisik) dengan catatan akuntansi dari aset yang ada. Pada PT. X terkait dengan pencocokkan fisik aset atau kekayaan dengan catatan akuntansi atau rekonsiliasi, selalu melakukan rekonsiliasi atau pencocokkan atas aset tersebut setiap waktu, saat terjadi transaksi atau setiap diperlukan. Dimana PT. X dalam praktek melakukan rekonsiliasi atau pencocokkan ini bertujuan guna memastikan dan menjamin agar tidak terjadi kesalahan dan perbedaan antara aset (fisik) kekayaan


 

 

 


perusahaan yang ada dengan pencatatan catatan akuntansinya.

7.  Pembuatan Unit Organisasi yang berwenang untuk melakukan pengecekkan efektivitas unsur pengendalian internal yang lainnya. Dalam melakukan pengecekkan efektivitas pengendalian internal atau internal control pada PT. X, karyawan yang turun untuk melakukan pengendalian tersebut adalah Accounting dan Finance Manager daripada PT. X yang diberi wewenang oleh pimpinan untuk menjalankan fungsi audit internal bagi perusahaan. Yang dimana dalam hal ini berdasarkan pernyataan dari para informan penelitian, yang dimana Accounting Manager perusahaan yang diberi wewenang untuk melakukan audit internal, harus mengawasi aktivitas internal perusahaan, apabila terjadi suatu permasalahan harus langsung berdiskusi dengan karyawan yang terkait dengan melibatkan pimpinan perusahaan, Agar permasalahan dapat segera terselesaikan. Tetapi dilain sisi hal ini dirasa menjadi tidak efektif, dikarenakan tidak baik jika yang melakukan sistem pengendalian internal hanya dilakukan oleh satu orang yaitu Accounting Manager perusahaan yang dimana pastinya Accounting Manager juga memiliki banyak kesibukkan untuk melakukan aktivitas keuangan dan mengurus transaksi-transaksi yang terjadi didalam perusahaan, Dengan begitu sistem pengendalian internal (internal control) pada perusahaan tidak dapat dikendalikan secara efektif.

8.  Karyawan yang Kompoten dan Bertanggung Jawab. Dalam hal unsur sistem pengendalian internal, seberapapun baik atau bagusnya suatu


struktur organisasi, sistem otorisasi serta prosedur pencatatan dan berbagai cara atau langkah lainnya yang dibuat untuk mendorong dan meningkatkan praktek yang sehat, seluruhnya bergantung pada karyawan atau pekerja yang melakukannya. Keahlian serta kemampuan (skill), lalu pengalaman (experience) dan kejujuran serta integritas yang ada didalam diri setiap karyawan atau pekerja merupakan suatu faktor yang dapat menentukan sukses atau berhasilnya suatu pengendalian internal (internal control).

Dimana dalam hal ini, PT. X untuk kegiatan penerimaan (rekrutmen) terhadap karyawan yang akan bekerja, harus melalui serangkai tes dan seleksi secara fair atau adil dan objectik, hal ini bertujuan agar setiap karyawan yang akan bekerja di PT. X merupakan karyawan yang andal, berkualitas, bermutu, mempunyai pengetahuan dan cakap sesuai bidang yang dibutuhkan oleh organisasi perusahaan. Para karyawan perusahaan kemudian juga akan diberikan pelatihan, dan melalui proses training agar berkembang, juga diadakan kegiatan seminar–seminar dan workshop secara rutin bagi para karyawan di perusahaan, Tentunya hal ini agar dapat menghasilkan serta mampu membentuk karyawan yang kompeten, bertanggung jawab, serta berkualitas dalam melakukan setiap tugas yang diberikan oleh perusahaan. Selanjutya juga terdapat peraturan jadwal kerja yang jelas bagi para karyawan perusahaan. PT. X juga memberikan sistem pemberian reward atau bonus bagi karyawan yang berprestasi atau memiliki kinerja yang baik dan secara keseluruhan, Perusahaan juga memberlakukan sistem pemberian sanksi apabila terdapat karyawan yang bermasalah Berdasarkan


Perusahaan (Studi Kasus Pada PT. X)

 


 

keterangan-keterangan yang didapatkan dari para informan terkait dengan sistem pengendalian internal yang diberlakukan perusahaan, khususnya terkait unsur karyawan yang kompeten dan bertanggung jawab, secara keseluruhan untuk unsur SPI ini sudah sangat baik dipenuhi dan dilaksanakan oleh perusahaan dalam prakteknya, sesuai dengan teori atau pustaka yang ada.

 

Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisa dan juga pembahasan dari hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti terhadap sistem pengendalian internal (internal control system) pada aktivitas penerimaan kas dan pengeluaran kas pada perusahaan PT. X, dengan demikian dapat ditarik kesimpulan, yang diantaranya :

a)  Untuk PT. X, secara keseluruhan bahwa perusahaan      sudah   menerapkan pengendalian secara internal dan memiliki suatu sistem pengendalian internal yang cukup baik. Dimana dalam hal ini PT. X sudah banyak melakukan upaya untuk mewujudkan suatu sistem pengendalian internal atau internal control yang sesuai dengan pustaka serta kajian teori para ahli.

b)  Masih terdapat perangkapan tugas dan jabatan pada struktur organisasi yang ada pada perusahaan, diantaranya yaitu pada bagian Keuangan dan bagian Akuntansi. Lalu juga pada bagian Kredit dan Penjualan masih terjadi perangkapan, tetapi pada bagian kredit dan penjualan ini tidak terlalu fatal, karena kedua bagian ini, terpisah dengan bagian Akuntansi, jadi masih terdapat aktivitas untuk saling check dan re-check.

c)  Tidak adanya rotasi jabatan (Job Rotation) yang dilakukan, serta unit khusus yang dibuat untuk mengawasi dan melaksanakan pengendalian internal pada perusahaan yang masih dirasa kurang efektif, dikarenakan fungsi audit internal


yang juga dilakukan oleh Accounting Manager perusahaan, dimana dalam hal ini pastinya Accounting Manager juga memiliki banyak tugas terkait keuangan dan akuntansi sehingga akan kurang efektif dalam menjalankan fungsi audit internal.

d)  Dalam hal terkait cek yang dimiliki oleh perusahaan, untuk yang memegang buku cek dan yang melakukan otorisasi merupakan orang yang berbeda

e)  Pada suatu aktivitas transaksi baik itu penerimaan dan juga pengeluaran dilakukan oleh beberapa pihak atau bagian sehingga terdapat kegiatan untuk saling check dan re-check antar bagian,

f)  Dilakukannya rekonsiliasi secara rutin, menggunakan formulir dengan nomor urut cetak, melakukan upaya audit secara mendadak, serta juga pemberian pelatihan untuk karyawan dalam rangka pengembangan kompetensi dan keahlian dari pada pekerja agar terus dapat bekerja dengan kualitas yang baik dan maksimal. Serta secara keseluruhan dalam hal penerapan upaya untuk mewujudkan suatu internal control system yang baik, khususnya dalam unsur terkait sistem otorisasi dan prosedur pencatatan, praktek yang sehat, serta karyawan yang kompeten dan bertanggung jawab sudah cukup baik dalam pemenuhan ketiga unsur SPI tersebut.

Adapun keterbatasan dalam penelitian ini dimana dalam hal ini peneliti memahami dan menyadari bahwa untuk hasil penelitian ini dan juga temuan–temuan dari penelitian ini masih terdapat keterbatasan. Mengingat bahwa dalam mengakses beberapa data dan proses penelitian pada perusahaan terkendala dikarenakan akibat wabah virus Covid-19, yang dimana dalam proses penelitian ini banyak dilakukan pengambilan data-data secara jarak jauh, baik itu terkait dokumen pendukung untuk penelitian ini, dan juga melakukan wawancara secara jarak jauh


 

 


 

dengan menggunakan aplikasi Google Meet (Video Conference Call) dengan para informan, dikarenakan kondisi dan aturan pemerintah yang tidak memungkinkan peneliti dan informan untuk melakukan wawancara tatap muka secara langsung.

 

BIBLIOGRAFI

 

Anastasia, S. L. (2015). Sistem Informasi Akuntansi, Perancangan Proses dan Penerapan, Jakarta: Andi, 82.

 

Moleong, L. J. (2017). Metodologi Penelitian Kualitatif (Edisi Revisi). Bandung: PT. Remaja Rosda Karya.

 

Nisa, H. (2017). Analisis Sistem Pengendalian Intern Persetujuan Kredit Dalam Memperkecil Resiko  Piutang Tak Tertagih Pada PT. Nusa Surya Ciptadana Cabang Martapura. Jurnal Ilmiah Ekonomi Bisnis, 3(1).

 

Q.   Nadira. (2015). Analisis Sistem Pengendalian Intern Penerimaan Dan Pengeluaran Kas Pada Perum Bulog Drive Sumut. Skripsi, Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara.

 

Rahmawati,  D., Sulistyo, S., & Mustikowati,

R.  I. (2016). Evaluasi Sistem Informasi Akuntansi      Penerimaan      Kas      Untuk


Meningkatkan Pengendalian Intern Perusahaan (Studi Pada PT Arema Indonesia Malang). Jurnal Riset Mahasiswa Akuntansi, 4(2).

 

S.  Ahmad, Z. K. (2018). The Impact of Weak Internal Controls on Fraud. Proceeding of INSIGHT 2018 1st International Conference on Religion, Social Sciences andTechnological Education

 

S. Saifudin, FP. Ardani. (2017). Sistem Informasi Akuntansi Penerimaan dan Pengeluaran Kas dalam Meningkatkan Pengendalian Internal atas Pendapatan RSUP Dr. Kariadi Semarang. Jurnal RAK (Riset Akuntansi Keuangan) 2(1). 123-137

 

Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

 

Tunggal, A. W. (2013). Pengendalian internal mencegah dan mendeteksi kecurangan. Jakarta: Harvarindo.