How to cite:
Nicolas, D, G., Siahaan, S, S, S., Amien, T., (2022). Krisis Kasih dalam Gereja sebagai Refleksi Bagi
Kehidupan Orang Percaya Masa Kini, Jurnal Syntax Transformation, 3(4). https://doi.org/10.46799/jst.v3i4.547
E-ISSN:
2721-2769
Published by:
Ridwan Institute
Jurnal Syntax Transformation
Vol. 3, No. 4, April 2022
p-ISSN : 2721-3854 e-ISSN : 2721-2769
Sosial Sains
KRISIS KASIH DALAM GEREJA SEBAGAI REFLEKSI BAGI KEHIDUPAN ORANG
PERCAYA MASA KINI
Djone Georges Nicolas, Soneta Sang Surya Siahaan, Timothy Amien
Sekolah Tinggi Teologi Katharos Indonesia Bekasi, Indonesia
Email:djonealexandrenathanael@gmail.com, siahaan.soneta@gmail.com,
ps.timothy.amien@gmail.com
INFO ARTIKEL
ABSTRAK
Diterima
23 Maret 2022
Direvisi
17 April 2022
Disetujui
23 April 2022
Firman Tuhan dengan tegas dan lugas menyatakan bahwa orang-orang
yang sudah percaya kepada Kristus, dengan kata lain yang telah keluar
dari kegelapan atau maut, dan masuk ke dalam terang atau hidup
mempunyai kesadaran akan kewajiban menunjukkan kasih melalui
pengorbanan bagi sesama sebagai wujud representasi kasih Kristus
yang nyata dan sempurna (Yohanes 3:14-16 (TB). Hal tersebut telah
dibuktikan oleh jemaat mula, murid-murid Kristus yang setia dalam
melayani satu dengan yang lain dengan tidak mementingkan ego
masing-masing, tetapi sebaliknya justru rela mengorbankan milik
pribadi demi memrnuhi keperluan sesama, sehingga dengan demikian
keharmonisan dan kesatuan dalam kasih persaudaraan tercipta demi
kemuliaan Kerajaan Allah Kisah Para Rasul 2:42-47 (TB). Tujuan dari
penelitian ini adalah menganalisa penyebab krisis kasih dalam
kehidupan orang percaya di masa kini. Kekristenan tidak dapat
dilepaskan dari pribadi Kristus di mana Ia merupakan figur sentral.
Metode pendekatan penelitian yang dipakai adalah kualitatif deskriptif
dengan pengumpulan data melalui berbagai sumber seperti Alkitab,
buku, jurnal, wawancara, serta sumber lain yang mempunyai
keterkaitan dengan topik kajian. Hasilnya, pertama tujuan kehidupan
sebagian orang percaya bukanlah untuk memuliakan Kristus, tetapi
justru untuk kepentingan diri sendiri sehingga menjadi batu sandungan.
Kedua, nilai kehidupan yang dihidupi oleh orang Kristen tidak berbeda
dengan nilai kehidupan orang dunia (di luar kekristenan). dapat
disimpulkan bahwa terdapat dua penyebab krisis kasih dalam
kehidupan orang percaya di masa kini, yakni: Pertama, tujuan
kehidupan yang dihidupi oleh sebagian orang percaya bukanlah untuk
memuliakan Kristus, tetapi justru untuk kepentingan diri sendiri
sehingga menjadi batu sandungan dan bergeser dari misi Allah.
ABSTRACT
God's Word clearly and straightforwardly states that people who have
believed in Christ, in other words who have come out of darkness or
death, and entered into light or life have an awareness of the obligation
to show love through sacrifice for others as a representation of Christ's
love. real and perfect (John 3:14-16 (NKJV). This has been proven by
the early church, Christ's faithful disciples in serving one another
without regard to their own egos, but on the contrary were willing to
sacrifice personal property for the sake of meeting the needs of others,
so that harmony and unity in brotherly love are created for the glory of
the Kingdom of God Acts 2:42-47 (NIV). The purpose of this study is to
Kata Kunci:
krisis kasih; gereja;
kehidupan orang
percaya; masa kini
Keywords:
crisis of love;
church;
believer's life; today
Krisis Kasih dalam Gereja sebagai Refleksi Bagi Kehidupan Orang Percaya Masa Kini
Jurnal Syntax Transformation, Vol. 3, No. 4, April 2022 563
analyze the causes of the crisis of love in the lives of believers today.
Christianity is not can be separated from the person of Christ where He
is the central figure Research approach method The method used is
descriptive qualitative with data collection through various sources
such as the Bible, books, journals, interviews, and other sources that
are related to the topic of study. As a result, firstly, the purpose of some
believers' lives is not to glorify Christ, but rather for their own interests
so that they become a stumbling block. Second, the value of the life
lived by Christians is no different from the value of the life of the world
(outside of Christianity). it can be concluded that there are two causes
of the crisis of love in the lives of believers today, namely: First, the
purpose of the life that some believers live is not to glorify Christ, but
rather for their own interests so that they become a stumbling block
and shift from God's mission.
Pendahuluan
Firman Tuhan dengan tegas dan lugas
menyatakan bahwa orang-orang yang sudah
percaya kepada Kristus, dengan kata lain
yang telah keluar dari kegelapan atau maut,
dan masuk ke dalam terang atau hidup
mempunyai kesadaran akan kewajiban
menunjukkan kasih melalui pengorbanan bagi
sesama sebagai wujud representasi kasih
Kristus yang nyata dan sempurna (Yohanes
3:14-16 (TB) (Hutagalung, 2014). Hal
tersebut telah dibuktikan oleh jemaat mula,
murid-murid Kristus yang setia dalam
melayani satu dengan yang lain dengan tidak
mementingkan ego masing-masing, tetapi
sebaliknya justru rela mengorbankan milik
pribadi demi memrnuhi keperluan sesama,
sehingga dengan demikian keharmonisan dan
kesatuan dalam kasih persaudaraan tercipta
demi kemuliaan Kerajaan Allah Kisah Para
Rasul 2:42-47 (TB) (Boiliu, 2016). mereka
sebagai membuktikan iman mereka melalui
tindakan kasih nyata mereka terhadap sesama.
Pada tahun 2013 lalu, berita online
Kompas.com mengungkapkan pertikaian
yang terjadi di dalam lingkungan salah satu
gereja raksasa di Surabaya yang berujung
pada pelaporan polisi atas dugaan tindakan
korupsi senilai 4,7 triliun Rupiah yang
disangkakan pada pendetanya dari satu sisi,
dan pelaporan balik sebagai respon karena
yang bersangkutan merasa difitnah dan
dicemarkan nama baiknya. Seorang Pendeta
sekali lagi terbukti oleh pengadilan 2 tahun
lalu melakukan tindakan amoral pemerkosaan
terhadap jemaatnya yang masih di bawah
umur selama kurang lebih 16 tahun lamanya,
sehingga karenanya divonis hukuman selama
10 tahun sebagai konsekuensi dari
perbuatannya. Lagi dan lagi, terdapat oknum
Pendeta yang lain merangkap sebagai Kepala
Sekolah di wilayah Medan yang divonis 15
tahun penjara oleg karena mencabuli 6
siswinya.
Soegiarto berpandangan bahwa
dikarenakan fakta bahwa Allah adalah kasih,
kasihlah yang menggerakan dan mendasari
apa pun yang Ia lakukan, termasuk dasar
penyelamatan yang terwujud dalam pribadi
Kristus, sehingga dengan demikian kasih
menjadi kekuatan yang menggerakan juga
pelaksanaan misi yang dari Allah. Samben
dan Christian menyatakan bahwa kehidupan
dalam kasih bagi orang percaya merupakan
sesuatu yang penting dikarenakan kasih
tersebut adalah identitas seorang yang
berkeyakinan Kristen, sehingga mengasihi
sesama seharusnya wajib dan wajar oleh
karena kasih Allah sudah mengalir dalam
kehidupan mereka yang percaya. Maia
berkata bahwa kasih yang dibuktikan melalui
perbuatan merupakan sikap dasar hidup
Djone Georges Nicolas, Soneta Sang Surya Siahaan, Timothy Amien
564 Jurnal Syntax Transformation, Vol. 3, No.4, April 2022
orang-orang percaya. Ironisnya, Suharta
menyatakan bahwa justru saat ini, ditemukan
kelalaian sejumlah besar keluarga Kristen
dalam menyatakan kasih sayang maupun
memperhatikan orang lain, dalam hal ini
anak-anak dan disebabkan oleh
ketidaksadaran bahwa itu mengakibatkan
anak-anak kemudian akan sulit menunjukkan
kasih maupun cinta mereka.
Berdasarkan uraian data yang telah
dipaparkan, dapat dilihat bahwa memang
benar kasih merupakan kekuatan yang
menggerakan Allah dan misinya, serta ciri
khas dan identitas kekristenan yang
membuktikan kasih Kristus kepada dunia
melalui tindakan nyata pengikut-Nya demi
kepentingan sesama (Gultom et al., 2021).
Namun, penulis melihat terdapat suatu
anomali antara pengakuan iman orang-orang
percaya sebagai pengikut Kristus yang
seharusnya melalui kehidupannya menjadi
berkat bagi sesama sebagai saksi kasih
Kristus, dan kehidupan nyata mereka yang
justru bahkan jadi batu sandungan oleh
karena menunjukkan nilai yang sama sekali
bertentangan dengan kasih yang berasal dari
Kristus (Manca, 2018).
Penulis berbeda dengan (Boiliu, 2016).
berpendapat bahwa bukan sekedar terjadi
kelalaian dalam sejumlah besar keluarga
Kristen dalam menyatakan kasih sayang
kepada anak-anak, tetapi justru terjadi suatu
krisis kasih dalam segala segi kehidupan
orang-orang percaya dan kekristenan,
termasuk di dalam gereja di masa kini tanpa
batasan usia maupun status dan jabatan.
Oleh karena itu tujuan penelitian ini
adalah menganalisa apa yang menjadi
penyebab krisis kasih dalam kehidupan orang
percaya di masa kini.
Metode Penelitian
Metode pendekatan penelitian yang
dipakai adalah kualitatif deskriptif dengan
pengumpulan data melalui berbagai sumber
seperti Alkitab, buku, jurnal, wawancara,
serta sumber lain yang mempunyai
keterkaitan dengan topik kajian (Nicolas &
Amtiran, 2021). Metode ini digunakan untuk
deskripsikan penyebab krisis kasih dalam
kehidupan orang percaya di masa kini yang
pada dasarnya bertentangan dengan nilai
kasih yang sesungguhnya yang telah
diperagakan oleh Kristus sendiri selaku tokoh
sentral dasar iman kekristenan (Rusmadi,
2016). Bodgan menyatakan penelitian
dengan pendekatan kualitatif adalah suatu
prosedur penelitian yang menbuahkan tipe
data deskriptif sejenis ucapan maupun
tulisan, dan juga tindakan oknum-oknum
yang diamati dalam suatu konteks dengan
sudut pandang komprehensif holistik.
Hasil dan Pembahasan
Wawancara yang telah dilaksanakan
dengan 10 narasumber yang dari dua
komunitas yang terdapat di wilayah Jakarta
Barat: Yakni Komunitas Sel Parakletos
Cengkareng dan Komunitas Sel Doulos Green
Garden, diperoleh hasil sebagai berikut:
Table 1
Penyebab krisis kasih dalam kehidupan
orang percaya di masa kini?
Jawaban
1
Memikirkan diri sendiri
sehingga tidak ada
kepedulian terhadap
sesama, terbawa oleh
pola hidup lingkungan.
2
Mengasihi diri sendiri
dan menjadi hamba
uang.
3
Kasihnya pura-pura,
sebab di balik apa yang
diperbuat adalah
motivasi mencari
keuntungan dan bukan
menjadi berkat
dikarenakan kasih
seharusnya tidak
Pengaruh Social Media Influencer terhadap minat beli konsumen di media sosial
Jurnal Syntax Transformation, Vol. 3, No, 4, April 2022 565
Jawaban
merugikan sesama.
4
Nilai kehidupan yang
dihidupi oleh orang
Kristen tidak berbeda
dengan nilai kehidupan
orang dunia (di luar
kekristenan).
5
Belum sungguh-sungguh
mengalami kasih Kristus
6
Mengalami kekecewaan
satu dengan yang lain
sehingga kasih mereka
menjadi dingin.
7
Pengetahuan orang
percaya akan tujuan
hidup di dalam
panggilan Allah masih
belum jelas.
8
Pola hedonisme dan
ambisi mengejar
popularitas yang
berlebihan dalam dunia
pelayanan gereja.
9
Fokus pada kepentingan
kelompok/denominasi
dan bukan pada
kepentingan Kerajaan
Allah untuk membangun
dan mempertumbuhkan
tubuh Kristus (gereja).
10
Visi dan misi gereja
masa kini menjadi kabur
dan berbeda dari misi
yang Allah tetapkan,
sebab visi dan misi
gereja bergeser lebih
kepada pemenuhan
keinginan-keinginan
daging.
Dari pemaparan hasil tabel 1 di atas,
didapati bahwa sebagian narasumber : yakni
Alfons, Tirza, Hia dan Zakararia
berpandangan bahwa penyebab krisis kasih
dalam kehidupan orang percaya di masa kini
adalah karena tujuan kehidupan yang dihidupi
oleh sebagian orang percaya bukanlah untuk
memuliakan Kristus, tetapi justru untuk
kepentingan diri sendiri sehingga menjadi
batu sandungan dan bergeser dari misi Allah.
Selanjutnya, sebagian yang lain berpandangan
bahwa penyebabnya dikarenakan nilai
kehidupan yang dihidupi oleh orang Kristen
tidaklah berbeda dengan nilai kehidupan
orang dunia (di luar kekristenan) seperti yang
disampaikan oleh (Pieter & Titaley, 2014)
bahwa pada mencari keuntungan semata dan
merugikan sesama, mengejar pemenuhan
keinginan-keinginan daging, serta
menunjukkan pola hedonisme dan ambisi
yang berlebihan dalam mengejar popularitas.
Bahkan Hendrik, Aurel dan Febi menilai
bahwa orang-orang percaya belum sungguh-
sungguh mengalami kasih Kristus, dengan
pengetahuan akan tujuan hidup di dalam
panggilan Allah yang masih belum jelas
sehingga mudah kecewa sama seperti mereka
yang belum percaya kepada Kristus.
1. Tujuan kehidupan yang dihidupi oleh
sebagian orang percaya bukanlah untuk
memuliakan Kristus Kehidupan sebagian
orang percaya bertentangan dengan kasih
yang merupakan nilai inti dan dasar
kekristenan sehingga dengan otomatis
tidak mungkin memuliakan nama
Kristus. Utomo berkata bahwa tujuan
Allah menciptakan dunia dan segala
yang terdapat di dalamnya adalah untuk
kemuliaan-Nya dan tidak untuk
kepentingan maupun kepuasan pribadi
manusia, sehingga seni seharusnya
digunakan sebagai alat mendekatkan
manusia dengan Allah dan tidak
sebaliknya. Dengan kata lain, apapun
yang Allah ciptakan, baik manusia atau
pun tujuan hidupnya mempunyai suatu
tujuan yang jelas: yaitu untuk
memuliakan Allah, dan hal tersebut
sangat berbeda dengan tujuan yang
didasari oleh sifat egosentris seperti
dalam wawancara telah disampaikan
oleh Alfons, Tirza, Hia dan Zakararia
yang berpandangan bahwa tujuan
Djone Georges Nicolas, Soneta Sang Surya Siahaan, Timothy Amien
566 Jurnal Syntax Transformation, Vol. 3, No.4, April 2022
kehidupan yang dihidupi oleh sebagian
orang percaya bukanlah untuk
memuliakan Kristus, tetapi justru untuk
kepentingan diri sendiri sehingga
menjadi batu sandungan dan bergeser
dari misi Allah.
Kehidupan orang percaya yang telah
dianugerahkan oleh Allah seharusnya
menjadi sarana ibadah yang digunakan
untuk memuliakan kembali Allah. Sebab
menurut Johannis ibadah tersebut adalah
hal yang mendasar dalam kehidupan
orang percaya karena merupakan
berwujudan iman orang percaya dalam
bentuk ritual maupun liturgi, serta dapat
juga diekspresikan dalam berbagai hal.
Searah Susanto menyampaikan bahwa
kehidupan orang percaya adalah suatu
persembahan yang hidup seperti
persembahan yang terdapat ketika di
dalam Bait Allah hadir seseorang
maupun sekelompok orang dalam rangka
menyatakan hormat dan imannya kepada
Tuhan. Zega dalam mengutip John Stott
juga berpendapat bahwa dengan
mengaitan penginjilan yang adalah
bagian panggilan kehidupan orang
percaya sebagai suatu proklamasi berita
injil yang membuahkan keselamatan
manusia dari kecenderungan
mementingkan diri, kepada suatu
kebebasan untuk tujuan mengutamakan
dan memuliakan Allah.
Jika kita merujuk kepada Roma
12:1 yang menegaskan bahwa ibadah
yang sesungguhnya kepada Allah adalah
persembahan tubuh yang tidak lain
bermaksud seluruh kehidupan umat
pilihan-Nya sebagai persembahan yang
terbaik di hadapan Allah. Paulus sendiri
pun mendeklarasikan bahwa
kehidupannya sepenuhnya bagi Kristus,
bahkan kematian dianggapnya sebagai
suatu keuntungan karena Kristus,
sehingga untuk memuliakan nama Tuhan
menyadari bahwa ia perlu dan wajib
menghasilkan buah selama kehidupan
masih dianugerahkan oleh Allah kepada
dirinya (Filipi 1:21). Maka, (Sitompul,
2017) menyatakan bahwa Paulus
dengan menyatakan bahwa melalui
tubuhnya Kristus dimuliakan bermaksud
menunjukkan komitmen hidupnya
sebagai alat untuk memuliakan Allah
dalam keadaan apapun, baik atau buruk .
Hal yang serupa dapat diamati dalam
kehidupan jemaat mula yang
menunjukkan kasih terhadap sesama
dalam kesatuan dengan menjual apa
yang menjadi harta milik masing-masing
demi menolong mereka yang
berkekurangan agar sama-sama sejahtera
untuk kemuliaan nama Kristus sesuai
Kisah Para Rasul 2:41-47 (Sutoyo,
2014).
Maka, dapat dilihat nampak suatu
gap atau jarak dan perbedaan antara
tujuan dan motivasi jemaat mula di masa
lalu, dan orang-orang percaya pada masa
kini, di mana jemaat mula
mendedikasikan dan mengabdikan
seluruh kehidupan mereka bukan sekedar
untuk sepenuhnya berpegang teguh
kepada iman dalam Kristus Yesus, tetapi
lebih lagi mereka bertujuan membawa
nama Kristus dimuliakan melalui
penyebaran kasih Kristus yang telah
mereka alami. Di lain sisi, sebagian oang
percaya di masa kini, lebih berpikir dan
bertindak individualistik drngan tujuan
yang lebih mengarah pada kepentingan
pribadi atau kelompok tertentu dibanding
memikirkan dan memperjuangkan
kepentingan bersama seperti yang
disampaikan oleh Tirza dan Hia melalui
wawancara bahwa orang-orang percaya
mengasihi diri sendiri dan menjadi
hamba uang, srhingga tidak mungkin
memuliakan nama Kristus, tetapi justru
pasti menjadi batu sandungan bagi
kekristenan. Itu menampakkan wajah
kekristenan yang mengalami krisis kasih
Pengaruh Social Media Influencer terhadap minat beli konsumen di media sosial
Jurnal Syntax Transformation, Vol. 3, No, 4, April 2022 567
sehingga menjadi sangat ironis, oleh
karena kekristenan dan Kristus dari masa
ke masa diidentifikasi dengan kasih, dan
kekristenan tanpa kasih bukanlah
kekristenan.
Misi Allah melalui gereja dan
orang-orang percaya adalah penyebaran
Injil yang tidak lain adalah pesan kasih
bagi sesama dan dunia ini, sehingga
panggilan Allah berhubungan erat
dengan berita kasih yang ujungnya akan
mendatangkan kemuliaan bagi namaNya
seperti tercatat dalam Yohanes 15:8 (TB)
yang menyebut Bapa dimuliakan apa bila
orang-orang percaya menyebarkan berita
kasih dan berbuah bagi Kerajaan Allah.
2. Nilai Kehidupan Yang Dihidupi oleh
Orang Kristen Tidak Berbeda Dengan
Nilai Kehidupan Orang Dunia
Paulus melalui Surat Roma 12:2
menyampaikan bahwa nilai kehidupan
orang percaya haruslah sama sekali
berbeda dengan nilai yang dipegang oleh
mereka yang belum percaya kepada
Kristus. Dan hal tersebut berhubungan
dengan status dan komitmen untuk
mempersembahkan kehidupan
sepenuhnya untuk kemuliaan Allah yang
terdapat di Roma 12:1 (Dwiraharjo,
2018). Melihat hasil wawancara, Firman
Allah yang disampaikan oleh Paulus
berbeda dengan apa yang telah diperoleh
dari pernyataan Veni, Suyanto, Zakaria,
Tirza, Alfons, Handy, Febi yang
menyatakan orang percaya sudah
terpapar pola hidup yang hedonis dan
ambisi mengejar popularitas yang
berlebihan dalam dunia pelayanan
gereja, mengejar pemenuhan keinginan-
keinginan daging, merugikan sesasama,
menjadi hamba uang, mudah kecewa.
Semua nilai tersebut merupakan nilai-
nilai yang digunakan oleh dunia demi
memperoleh apa yang hendak
dicapainya, menghalalkan segala cara
tanpa mempedulikan yang di sekitar
menjadi korban atau tidak.
semua nilai di atas bertentangan
dengan kasih yang justru menuntut
orang-orang percaya berkorban demi
orang lain dan menekankan keutamaan
melayani dibanding dilayani seperti yang
diungkapkan Kristus sendiri yang
menyatakan hadir di dunia dengan tujuan
melayani dan bahkan
memersembahkabukan nyawa untuk
semua orang, tetapi sebaliknya untuk
dilayani (Matius 10:28) (Sutoyo, 2014).
Bahkan diungkapkannya bahwa adalah
lebih berbahagia jika orang percaya
mengutamakan sifat memberi dibanding
kecenderungan selalu mau menerima
sesuatu (Kisah Para Rasul 20:35).
Kristianto dkk. menyampaikan berkaitan
dengan pelayanan di Panti Asuhan Salib
Putih Salatiga, berperan mengasuh anak-
anak (termasuk anak-anak non Kristen)
dilaksanakan karena dasar “KASIH”
sebagai landasan yang seharusnya
dimiliki oleh setiap orang percaya dalam
kehidupan yang dihidupi sehari-hari
sebagai bentuk pelayanan. Maka,
menurut Bilo kasih adalah musuh
tertinggi dari sifat egois sehingga
menolak pencarian keuntungan pribadi,
menolak pencarian pujian maupun
pencarian kehormatan manusiawi,
terlebih pencarian akan keuntungan
pribadi (Bilo, 2018). Sumiwi
menyampaikan bahwa orang percaya
dalam kehidupan yang dihidupi tidak
berfungsi sebagai terang maupun garam
di tengah dunia, melainkan terbawa
dalam arus sistem yang telah dibangun
oleh dunia.
Maka, status orang percaya yang
melekat sebagai pengikut Kristus dan
yang seharusnya hidup berdasarkan nilai
kasih, serta pembaharuan akal budi oleh
karena sudah menjadi ciptaan baru dapat
dipertanyakan, oleh karena nilai yang
Djone Georges Nicolas, Soneta Sang Surya Siahaan, Timothy Amien
568 Jurnal Syntax Transformation, Vol. 3, No.4, April 2022
diperlihatkan oleh mereka justru mirip
dan bahkan sama dengan nilai hidup
mereka yang belum di dalam Kristus.,
dan itu merupakan suatu anomali yang
memprihatinkan bagi kekristenan.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah
diperoleh, dapat disimpulkan bahwa terdapat
dua penyebab krisis kasih dalam kehidupan
orang percaya di masa kini, yakni: Pertama,
tujuan kehidupan yang dihidupi oleh
sebagian orang percaya bukanlah untuk
memuliakan Kristus, melainkan justru untuk
kepentingan diri sendiri sehingga menjadi
batu sandungan dan bergeser dari misi Allah.
Kedua, nilai kehidupan yang dihidupi oleh
orang Kristen tidaklah berbeda dengan nilai
kehidupan orang dunia (di luar kekristenan).
Oleh karena itu, diperlukan kesadaran orang
percaya sebagai umat Allah yang telah
dipanggil untuk menjadi saksi Kristus, untuk
kembali kepada tujuan Ilahi dalam menjalani
kehidupan baru sesuai status kebenaran
sebagai orang-orang kudus yang telah
dianugerahkan Allah, dengan hidup
berdasarkan nilai kasih dan bukan dengan
standar dunia.
BIBLIOGRAFI
Bilo, D. T. (2018). Karakteristik Kasih
Kristiani Menurut 1 Korintus 13.
Phronesis: Jurnal Teologi Dan Misi,
1(1), 117. Google Scholar
Boiliu, N. I. (2016). Tuhan, Manusia
Bertuhan dan Potret Moralitas Tuhan
Dalam Kehidupan Praksis Manusia
BerTuhan. Jurnal Teologi Dan
Pendidikan Kristen (TORAH), 1(1), 1
17. Google Scholar
Dwiraharjo, S. (2018). Persembahan Yang
Hidup Sebagai Buah Dari Pembenaran
Oleh Iman Menurut Roma 12: 1-2.
PRUDENTIA: Jurnal Teologi Dan
Pendidikan Kristiani, 1(1), 124.
Google Scholar
Gultom, J. M. P., Simanjuntak, M. U.,
Situmorang, E. L., Sianipar, R., &
Waruwu, S. (2021). Strategi Musik dan
Kerygma Influencer Kristen dalam
Membangun Gambar Diri Native
Digital. EPIGRAPHE: Jurnal Teologi
Dan Pelayanan Kristiani, 5(2), 161
175. Google Scholar
Hutagalung, S. (2014). Firman Tuhan: Pelita
Dan Pedang Bermata Dua. Koinonia
Journal, 6(2), 114. Google Scholar
Manca, S. (2018). Jati Diri Kaum Awam Dan
Panggilannya Di Tengah Dunia Dewasa
Ini. Jurnal Alternatif-Wacana Ilmiah
Interkulutral, 1(1), 1934. Google
Scholar
Nicolas, D. G., & Amtiran, A. (2021).
Analisis Perkembangan Teologi dan
Polarisasi dalam Kekristenan Di
Indonesia: Doktrin Tritunggal. Syntax
Literate; Jurnal Ilmiah Indonesia, 6(12),
61016109. Google Scholar
Pieter, J., & Titaley, J. A. (2014). Hubungan
Antar Agama dalam Kebhinekaan
Indonesia. WASKITA: Jurnal Studi
Agama Dan Masyarakat, 2(2), 1965.
Google Scholar
Rusmadi, R. (2016). Ecosophy Islam: Studi
Tematis-Kontekstual Nilai-Nilai Etika
Lingkungan Dalam Islam (The
Ecosophy Of Islam: A Thematic and
Contextual Study of The Environmental
Ethics Values in Islam). Jurnal SMART
(Studi Masyarakat, Religi, Dan Tradisi),
2(2), 237248. Google Scholar
Sitompul, R. M. (2017). Makna Perkataan
Paulus Tentang Hidup Adalah Kristus
Dan Mati Adalah Keuntungan
Berdasarkan Filipi 1: 12-26. Jurnal
Jaffray, 15(2), 153176. Google Scholar
Sutoyo, D. (2014). Gaya Hidup Gereja Mula-
Mula Yang Disukai Dalam Kisah Para
Pengaruh Social Media Influencer terhadap minat beli konsumen di media sosial
Jurnal Syntax Transformation, Vol. 3, No, 4, April 2022 569
Rasul 2: 42-47 Bagi Gereja Masa Kini.
Jurnal Antusias, 3(6), 131. Google Scholar
Copyright holder :
Djone Georges Nicolas, Soneta Sang Surya Siahaan, Timothy Amien
(2022)
First publication right :
Jurnal Syntax Transformation
This article is licensed under: