Jurnal
Syntax Transformation |
Vol. 1
No. 5, Juli 2020 |
p-ISSN :
2721-3854 e-ISSN : 2721-2769 |
Sosial
Sains |
IMPLEMENTASI PENILAIAN KINERJA KARYAWAN PADA PT. GAE
I Gede Rai Palguna dan Luh Putu
Sri Utari
Politeknik
Negeri Bali
Email: raipalguna@gmaill.com, utariiichan@gmail.com
INFO ARTIKEL |
ABSTRAK |
Diterima 2 Juni 2020 Diterima dalam bentuk revisi 15 Juli 2020 Diterima dalam bentuk revisi 20 Juli 2020 |
PT. GAE satu perusahaan yang bergerak pada bidang groundhandling dan menjadi
perusahaan yang berorientasi
bisnis secara global. Fokus pelaksanaan bisnis saat ini
tidak hanya mengenai target profit,
tetapi memperhatikan pengelolaan human
capital adalah hal
yang cukup penting. Manfaat penilaian kinerja karyawan dapat sebagai persyaratan administrasi, sarana meningkatkan motivasi kerja, dan dasar penentuan keputusan manajemen untuk pengembangan karir karyawan. Penelitian ini bertujuan untuk menerangkan implementasi penilaian kinerja, kendala yang terjadi, dan solusi yang biasa diterapkan. Desain penelitian ini adalah kualitatif,
dengan teknik pengumpulan data observasi, wawancara, dan dokumentasi.
Data yang telah dikumpulkan,
dianalisis dengan metode deskriptif kualitatif. Hasil
penelitian kemudian dianalisis dan dilakukan pembahasan dengan perbandingan telaah teori yang telah diterangkan dalam tinjauan pustaka. Implementasi penilaian kinerja telah cukup baik dengan
budaya perusahaan sebagai standar bersikap karyawan, instrumen penilaian yang digunakan, dan tahap penilaian yang biasa dijalankan. Namun, ditemukan kendala dalam tahap pelaksanaan,
yaitu: pelaksanaan yang kurang transparan, penilaian berasal dari penilai tunggal, faktor penilaian yang kurang jelas, serta keterlambatan dalam pengumpulan formulir penilaian. Hasil
penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tambahan dan saran yang bersifat
konstruktif bagi manajemen PT. GAE
mengenai implementasi penilaian kinerja karyawan. |
Kata kunci: Kinerja Karyawan; Penilaian Kinerja; Sumber Daya Manusia dan Tahap Penilaian |
Pendahuluan
Salah satu faktor
potensial dalam penyediaan keunggulan kompetitif bagi perusahaan adalah faktor sumber daya
manusia (SDM) dan salah satu
aktivitasnya adalah penilaian kinerja. sumber daya manusia
merupakan modal utama bagi perusahaan dalam membangung persaingan bisnis. Sumber daya manusia
merupakan bagian penting dalam aktivitas
kerja. Karena hal tersebut berhubungan dengan masalah kualitas kerja dan pencapaian kerja (Saridawati,
2018).
Proses penilaian
dilakukan untuk mengetahui kemampuan karyawan dan dapat sebagai alat motivasi.
Urgensi lain dari dilaksanakannya penilaian kinerja adalah sebagai langkah administratif dan keputusan pengembangan. Salah
satu perusahaan yang memperhatikan kebutuhan karyawannya bagi pengembangan karir SDM adalah PT. ABC. Formulir penilaian kinerja karyawan pada PT. ABC, memiliki tiga faktor
penilaian yang terdiri dari personality,
quality of work, dan dicision making. Formulir penilaian
kinerja yang digunakan seharusnya lengkap untuk mampu menghasilkan
keputusan yang tepat bagi pengembangan karir karyawan dan diharapkan karyawan akan mendapatkan umpan balik dari
berbagai sumber yang akan berguna bagi
peningkatan kinerja karyawan.
Tujuan dari penelitian
ini adalah untuk mengetahui implementasi penilaian kinerja karyawan, kendala, dan solusi yang biasa diterapkan. Secara teoritis manfaat penelitian ini akan memberikan
wawasan tambahan dan dapat pula dijadikan referensi bagi penelitian selanjutnya untuk mengembangkan sistem penilaian kinerja karyawan.
Menurut (Hasibuan,
2014) “MSDM adalah ilmu dan seni mengatur
hubungan dan peranan tenaga kerja agar efektif dan efisien membantu terwujudnya
tujuan perusahaan, karyawan, dan masyarakat.” Sementara itu, (Hirschi,
Ingram, & Yoder, 2008) berpendapat bahwa “Manajemen
personalia adalah penyedia kepemimpinan dan pengarahan para karyawan dalam pekerjaan atau hubungan kerja mereka.”
Definisi lainnya disampaikan
oleh (Robbins
& Arnsten, 2009) menyatakan “MSDM adalah proses mengorganisasikan pekerja melalui aktivitas-aktivitas kerja, sehingga dapat selesai secara
efisien dan efektif dengan dan melalui orang lain.”
Beberapa pendapat diatas
telah menguraikan definisi tentang MSDM, sehingga dapat disimpulkan bahwa MSDM merupakan ilmu yang digunakan untuk mengatur karyawan dalam menjalankan aktivitas untuk mencapai tujuan dengan efektif dan efisien.
1.
Manajemen
Sumber Daya Manusia Berbasis Kompetensi
Pengembangan pribadi yang bermutu
unggul secara sistematis merupakan salah satu strategi yang diterapkan untuk mencapai hasil kinerja yang terbaik. Mewujudkan pribadi atau insan yang unggul dalam perusahaan
dapat dilakukan dengan penerapan pendekatan yang tepat oleh manajemen perusahaan. Manajemen Sumber Daya Manusia Berbasis Kompetensi atau Competency Based Human Resource Management
(CHBRM) merupakan salah satu
pola pendekatan dalam membangun suatu sistem manajemen
SDM yang handal dengan memanfaatkan kompetensi sebagai titik pustanya
(Rachman, 2014).
Komponen utama yang diperlukan
dalam penerapan pendekatan CBHRM adalah kompetensi. Pendapat Spancer seperti yang dikutip dari (Nurmianto,
2008) mendefinisikan kompetensi sebagai
karakteristik dasar seseorang yang ada hubungan sebab akibat dengan prestasi
kerja yang luar biasa atau dengan
efektivitas kerja. Secara umum, kompetensi
dapat dipahami sebagai sebuah kombinasi antara keterampilan, atribut personal,
dan pengetahuan yang dapat diamati, diukur, dan dievaluasi. Kompetensi dapat dibagi menjadi
dua tipe, yaitu:
a.
Soft Competency
Soft competency merupakan kompetensi yang berkaitan erat dengan kemampuan untuk mengelola proses pekerjaan, hubungan antar manusia, serta interaksi dengan orang lain. Sebagai contoh soft competency, yakni: kepemimpinan, komunikasi, hubungan interpersonal, dll.
b.
Hard Competency
Sementara, hard competency merupakan
kompetensi yang berkaitan dengan kemampuan fungsional atau teknis dalam melaksanakan
suatu pekerjaan. Contonya, adalah: riest pemasaran, analisis keuangan, perencanaan tenaga kerja, dll.
2. Metode Penilaian Kinerja
Menurut (Sopiah
& Muzakir, 2016) secara umum penilaian
kinerja dikategorikan kedalam dua kelompok
yaitu: metode tradisional (past
oriented methods) dan metode modern (future oriented methods).
Orientasi metode
penilaian kinerja tradisional memiliki pendekatan yakni penilaian hanya didasarkan pada kinerja yang telah lampau. Adapun macam-macam penilaian kinerja dengan metode tradisional,
yakni: rating scales, checklist,, critical incident method, behaviorally anchored
rating, narrative essay,.
b.
Metode Modern
Metode modern dirancang untuk meningkatkan metode konvensional. Metode modern dirancang untuk menanggulangi kekurangan metode lama seperti bias penilaian dan subjektivitas. Adapun macam-macam penilaian kinerja dengan metode modern, yaitu: Management by Objectives (MBO), psychological appraisal, assessment center, 360 degree feedback.
3.
Komponen Utama Sistem
Penilaian Kinerja
Memahami
komponen utama sistem penilaian kinerja, maka akan dapat membantu manajer atau
atasan dalam menentukan metode penilaian kinerja yang tepat. Kinerja patut
dievaluasi sebagai upaya perbaikan dan efektivitas dalam mencapai tujuan
perusahaan. Pendapat (Dessler,
2008) kinerja adalah penampilan dari hasil
karya personal dalam suatu organisasi.
Selain tahapan dan instrumen
penilaian kinerja, terdapat hal penting
yang harus diperhatikan, yakni komponen penilaian kinerja. Keeping dan
Levy yang dikutip dalam (Dwipayana, dkk, 2010) memaparkan terdapat empat komponen utama dari penerapan
sistem penilaian kinerja, yaitu: the appraisal process, the appraisal
interview, the appraisal outcome, fairness.
4.
Tujuan Penilaian
Kinerja
Perencanaan penilaian kinerja
harus mempertimbangkan segala aspek, salah satunya tujuan yang ingin dicapai. Perumusan tujuan penilaian kinerja akan mempengaruhi manfaat yang didapatkan seluruh anggota organisasi, disisi lain tujuan penilaian kinerja harus mempertimbangkan
visi dan misi perusahaan. Pendapat Werther dan
Davis yang dikutip dari (Suwatno
& Priansa, 2011) bahwa penilaian kinerja
memiliki beberapa tujuan, yaitu: Performance Improvement, Compensation
Adjustment, Placement Decision,
Training and Development Needs, Career Planning and Development, Staffing Process
Deficiencies, Informational
Inaccuracies and Job Design Errors, Equal Employment
Opportunity, External Challenges, Feedback.
Hampir sama dengan
pendapat Werter dan Davis, bahwa menurut Cascio dalam (Suwatno
& Priansa, 2011) adapun tujuan diadakannya
penilaian kinerja karyawan, yakni: (1) Hasil penilaian kinerja dapat dijadikan dasar untuk pengambilan
keputusan yang legal dan formal terkait
dengan pengembangan karyawan. (2) Penilaian dapat dijadikan sebaga kriteria validasi suatu tes. (3) Penilaian akan menjelaskan umpan balik kepada
karyawan terkait dengan pengembangan karirnya. (4) Hasil penilaian kinerja dapat membantu
mengidentifikasi kebutuhan pengembangan yang sesuai dan dapat menentukan secara objektif kebutuhan pelatihan karyawan. (5) Penilaian kinerja dapat memprediksi
permasalahan yang ada dalam organisasi.
5.
Karakteristik Instrumen
Penilaian Kinerja
Instrumen atau
format rancangan lembar penilaian kinerja akan berbeda sesuai
dengan tujuan penilaian kinerja. Seperti yang dikemukakan oleh (Aguinis,
Joo, & Gottfredson, 2013) terdapat ciri-ciri fromulir penilaian yang baik untuk digunakan,
yakni: simplicity, relevancy, descriptiveness, adaptability, comperhensiveness, definitional clarity, communication,
time orientation. Pendapat yang hampir sama
diungkapkan oleh (Rahadi,
2010) yang menjelaskan bahwa terdapat empat hal yang harus diperhatikan dalam menyusun instrumen penilaian sebagai standar penilaian yang baik, sebagai berikut: vaidity, agreement, realism, objectivity.
6. Bentuk Penilaian Kinerja
Menurut (Vakili
et al., 2014) bentuk
penilaian kinerja dilihat dari waktu pelaksanaannya dibagi menjadi dua, yakni:
(1) Penilaian Formatif. Penilaian kinerja ini
dilakukan ketika para karyawan sedang melakukan tugas. Penilaian formatif bertujuan untuk melihat kemungkinan terjadinya ketimpangan antara kinerja dengan standar kerja dalam waktu
tertentu. Koreksi terhadap ketimpangan juga akan segera dilakukan.
(2) Penilaian Sumatif. Penilaian ini
dilakukan pada akhir periode. Penilaian sumatif memiliki mekanisme yakni manajer atau penilai
akan membandingkan kinerja akhir karywan
dengan standar kerja yang telah disepakati. Hasil penilaian kinerja selanjutnya dapat dibahas bersama
karyawan bersangkutan.
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan deskriptif kualitatif yang bertujuan untuk mengungkapkan kejadian dan fakta, fenomena, serta variabel yang terjadi saat penelitian
berlangsung dengan menyuguhkan apa yang sebenarnya terjadi. Sedangkan aktivitas dalam analisa data kualitatif menggunakan model interaktif (interactive
models of analysis). Menurut Miles dan Huberman dalam (Sugiyono, n.d.) bahwa aktivitas dalam analisa data kualitatif dengan model interaktif, yakni: reduksi data, penyajian data, dan
verifikasi serta kesimpulan.
Hasil dan Pembahasan
A.
Hasil
PT. GAE menerapkan pendekatan CBHRM (Competency Based Human Resources Management)
sebagai konsep penilaian terhadap kinerja karyawan. Model CBHRM terdiri atas core competency (values),
leadership competency, role competency, dan technical competency. Keempat kompetensi ini dikembangkan dan disesuaikan dengan kebutuhan perusahaan, untuk mendukung penilaian kemampuan karyawan secara adil dan transparan yang dituangkan dalam budaya perusahaan, instrumen, dan tahapan penilaian kinerja karyawan.
Upaya lain untuk
dapat meningkatkan kualitas kinerja karyawan adalah internalisasi budaya perusahaan di kalangan karyawan. PT. GAE membangun budaya perusahaan yang diterapkan bersamaan dengan realisasi kebijakan perusahaan sesuai surat CEO PT. GAE. Budaya
perusahaan tidak hanya berfungsi sebagai pedoman dalam pola berpikir dan
bertindak setiap karyawan dalam melaksanakan aktivitas kerja sehari-hari, namun
dapat menjadi acuan standar kinerja karyawan yang baik. Sehingga dalam
penilaian kinerja karyawan selain aspek kompetensi, implementasi budaya
perusahaan oleh seorang karyawan akan menjadi acuan bagi atasan dalam menilai
kinerja karyawan.
Formulir penilaian merupakan alat yang digunakan dalam proses penilaian kinerja. Formulir penilaian pada PT. GAE berupa selembar kertas yang dibagikan oleh staf personnel kepada
atasan atau penilai secara langsung. Formulir penilaian pada PT. GAE disebut dengan Personal Assessment, yang terdiri
dari tiga assessment factor, yaitu:
(1) Personality. Faktor
personality memiliki
lima subfaktor, meliputi: discipline, initative,
emotional stability, concentration, dan cooperation.
(2) Quality of Work. Faktor quality of
work memiliki tiga subfaktor, meliputi: knowledge of work, communication and
coordination, responsibility. (3) Decision Making.
Tahapan penilaian kinerja karyawan pada PT. GAE dapat dibedakan menjadi dua, yakni tahap
penilaian kinerja tanpa proses wawancara dan tahap penilaian kinerja dengan proses wawancara. Apabila digambarkan melalui flow chart maka
tahap penilaian kinerja karyawan pada figur 1.
Fig. 1. Tahap
Penilian Kinera Karyawan Tanpa Proses Wawancara
Sedangkan tahap penilaian kinerja dengan proses wawancara biasanya digunakan untuk karyawan berstatus PKWT, karyawan tetap, Supervisor, hingga jabatan diatasnya, atau upgrade SDM dari
PKWT ke karyawan tetap, karyawan tetap ke Supervisor hingga jabatan diatasnya. Proses wawancara dilakukan setelah pengamatan dan penilaian kinerja karyawan. Tujuan wawancara untuk mengetahui lebih dalam mengenai
pengetahuan teknis pekerjaan dan kreadibilitas calon karyawan secara langsung
Proses
penilaian tidak lepas dari berbagai
permasalaham, kendala atau tantangan, contohnya adalah elemen subjektivitas dan judment error. Kendala
yang dihadapi dalam proses penilaian kinerja pada PT. GAE tidak hanya mengenai
subjektivitas penilai, beberapa kendala penilaian kinerja karyawan yang ditemukan pada
proses pengumpulan data, yaitu:
a.
Implementasi Penilaian
Kinerja Karyawan Kurang Transparan
Hasil analisis tahapan penilaian kinerja dapat terlihat
bahwa, sebagian besar setiap proses penilaian kinerja tidak terdapat interaksi dua arah
antara atasan sebagai penilai dan karyawan sebagai pihak yang dinilai. Jika dilihat dari sudut
pandang akhir dari tahap penilaian
kinerja yaitu hasil penilaian, unsur transparan dapat dirasakan karyawan jika karyawan
mengetahui hasil penilaian kinerjanya baik bila telah
sesuai dengan standar ataupun tidak. Sementara itu, jika dilihat
dari sudut pandang pada tahap persiapan dan proses penilaian, unsur transparan dapat dirasakan bila karyawan mendapatkan
informasi secara jelas mengenai faktor yang menjadi penilaian kinerja, sehingga karyawan dapat mengetahui standar pekerjaan yang harus dilaksanakan untuk mendapatkan penilaian yang baik.
b.
Penilaian Kinerja Karyawan Berasal dari Satu Arah (Top-Down)
Jika karyawan yang dinilai meragukan hasil penilaian dari satu penilai, maka
dapat dibandingkan dengan hasil penialain
dari penilai lainnya. Tetapi, hal yang menjadi kendala dalam pelaksanaan
penilaian kinerja pada PT. GAE adalah penilaian hanya berasal dari satu
arah (top-down),
sehingga tidak dapat dilakukan perbandingan hasil penilaian dari sudut pandang penilai
lain. Karyawan berpendapat apabila penilaian berasal dari satu arah
(top-down), maka
hasil dari penilaian belum tentu kredibel.
c.
Indikator dan Standar
Penilaian yang Kurang Jelas
Formulir penilaian
kinerja karyawan yang digunakan terlihat sangat sederhana dengan indikator penilaian yang tidak terlalu banyak. Kelemahannya adalah kinerja karyawan tidak dapat dinilai
secara rinci dan mewakili keseluruhan kinerja karyawan atau hal-hal
lain yang mempengaruhi penilaian
kinerja karyawan. Ditinjau dari segi karyawan yang dinilai, formulir penilaian yang memiliki indikator penilaian sederhana dianggap kurang mewakili keseluruhan kinerja karyawan dan proses kerja sehari-hari.
Pendapat lain dijelaskan
oleh karyawan mengenai kesesuaian antara faktor dan sub faktor penilaian. Sebagai contoh pada faktor quality of work, dirasa
memiliki sub faktor yang kurang sesuai, yakni: knowledge
of work, communication and coordination, dan responsibility. Sub faktor communication and coordination dianggap telah diwakili oleh sub faktor cooperation pada faktor
personality. Kriteria
penilaian yang hampir sama, tetapi diletakan
terpisah dalam faktor yang berbeda dapat menimbulkan bias penilaian dan penilaian kurang akurat.
d. Keterlambatan dalam Pengumpulan Formulir Penilaian
Salah satu kendala
yang dirasakan dalam pelaksanaan penilaian kinerja karyawan pada PT. GAE selama ini
adalah keterlambatan dalam pengumpulan formulir yang telah terisi. Dampak dari terlambatnya pengumpulan formulir hasil penilaian kinerja karyawan ke Personnel
Assistance Manager akan turut
memperlambat tahapan penilaian kinerja berikutnya. Terlebih lagi terdapat formulir
yang dikumpulkan secara tercecer dan tidak bersamaan akan memperbesar risiko hilangnya formulir penilaian kinerja karyawan.
Manajemen memiliki cara,
solusi, strategi, dan kebijakan tersendiri untuk menghadapi kendala yang berasal dari internal maupun eksternal perusahaan, termasuk pada kendala yang dirasakan dalam implementasi penilaian kinerja karyawan.
a.
Diskusi Informal pada Waktu Tertentu
Diskusi dilakukan pada waktu
senggang, ketika karyawan tau bahwa telah terlaksana proses penilaian kinerja. Menurut pendapat beberapa karyawan, memanfaatkan waktu istirahat dan makan siang adalah saat
yang tepat untuk berdiskusi informal kepada Supervisor atau
penilai. Solusi lain yang biasa
diterapkan adalah memanfaat agenda tambahan saat rapat atau
pertemuan tertentu pada masing-masing unit.
b.
Meminta Pertimbangan
dan Penilaian dari Sudut Pandang Atasan Lain
Unsur subjektivitas
dapat diantisipasi dengan melakukan penilaian kinerja yang penilaiannya berasal dari berbagai sudut
pandang pada perusahaan bersangkutan. Tetapi, permasalahan akan timbul jika pada perusahaan masih menerapkan pelaksanaan penilaian kinerja yang bersumber hanya dari satu orang atasan. Jika ditinjau dari tahapan penilaian
kinerja pada PT. GAE maka Personnel
Assistance Manager memiliki tugas
untuk merekapitulasi dan meninjau hasil penilaian kinerja karyawan apakah data penilaian normal atau tidak. Jika Personnel
Assistance Manager merasa bahwa
hasil penilaian kinerja tidak normal, maka solusi yang biasa diterapkan adalah mendengarkan pendapat dan pertimbangan dari penilai bersangkutan
terhadap karyawan yang dinilai.
Solusi lain yang biasa diterapkan adalah melakukan penilaian tambahan dari sudut
pandang atasan lain, yang masih dalam satu departemen
dengan karyawan bersangkutan. Urgensi penerapan solusi ini biasanya dilakukan
jika penilaian kinerja yang dilaksanakan digunakan sebagai bahan pertimbangan penggantian atau upgrade jabatan
SDM.
c.
Pemberian Catatan Khusus
Catatan khusus hanya diberikan untuk penilai yang berinisiatif meminta kepada unit Personnel.
Catatan khusus diberikan sebagai bentuk komunikasi singkat yang berisi arahan atau pencerahan
mengenai standar dari setiap indikator
penilaian kinerja karyawan. Catatan khusus dalam hal
ini bersifat informal, bukan suatu standar
resmi bagian dari formulir penilaian
kinerja karyawan. Sehingga, dalam satu kali periode penilaian kinerja, dapat menggunakan catatan khusus yang berbeda-beda, namun tetap mengacu pada budaya perusahaan dan faktor penilaian yang tertera dalam formulir
penilaian kinerja.
d.
Mengingatkan Kembali dan Pemberian
Perpanjangan Waktu
Solusi
yang biasa diterapkan untuk kendala keterlambatan
pengumpulan formulir adalah mengingatkan kembali dan pemberian tenggang waktu bagi Supervisor
yang belum mengumpulkan formulir penilaian kinerja sesuai waktu yang telah ditentukan. Personnel
Assistance Manager biasanya akan
membuat jadwal pengawasan bagi pelaksanaan penilaian kinerja pada setiap departemen. Pengawasan yang dimaksud hanya sebatas melakukan komunikasi dan koordinasi dengan manajer disetiap departemen mengenai pelaksanaan teknis penilaian kinerja karyawan.
Staf Personnel yang diberikan tanggung jawab akan berperan membagikan
formulir penilaian dan mengumpulkan kembali formulir penilaian yang telah terisi untuk
kemudian diserahkan kepada Personnel
Assistance Manager. Koordinasi tahap awal dilakukan
dengan mengirim pesan singkat melalui
aplikasi Message
Pop Up. Jika koordinasi tahap
pertama ini masih dirasa kurang
efektif, maka staff reminder dapat
berkomunikasi lewat telepon langsung kepada Supervisor disetiap departemen.
Pembahasan
Manajemen berbasis kompetensi
diharapkan mampu diimplementasikan untuk berbagai tujuan dan melakukan perubahan dalam organisasi pada PT. GAE. Sejalan dengan
yang dikemukakan oleh (Silter, 2008) manajemen berbasis
kompetensi dapat diterapkan pada empat tingkatan. Tingkat kedua, konsep kompetensi dapat dimasukan kedalam sistem manajemen berbasis posisi dimana profil
kompetensi berfungsi sebagai alat referensi
untuk seleksi dan evaluasi atau penilaian
kinerja. Langkah manajemen PT. GAE dalam menerapkan pengelolaan
SDM berbasis kompetensi, khususnya untuk proses penilaian kinerja adalah keputusan yang tepat untuk mampu
bersaing dalam situasi bisnis saat ini guna
menghasilkan kinerja karyawan yang berkualitas.
Secara lebih spesifik
dalam pelaksanaan penilaian kinerja karyawan yang didasarkan atas kompetensi, terdapat beberapa hal penting yang harus diperhatikan, seperti: instrumen dan tahapan penilaian kinerja karyawan. Pertama, instrumen penilaian kinerja karyawan yang digunakan hendaknya juga disusun berdasarkan konsep kompetensi, agar mampu menghasilkan penilaian yang objektif. Menurut
(Rahadi, 2010) secara umum kompetensi
terdiri dari dua tipe, yaitu:
soft competency dan hard competency. Kedua
tipe kompetensi ini paling tidak harus tercantum dalam instrumen penilaian kinerja karyawan. Namun, indikator yang tertera pada instrumen penilaian kinerja karyawan yang digunakan saat ini pada PT. GAE, belum mencangkup pembagian dua tipe kompetensi.
Hal ini dapat dilihat pada pengelompokan faktor penilaian kinerja karyawan sesuai dengan dua
tipe kompetensi pada tabel 1.
Tabel 1 Pengelompokan Faktor Penilaian Kinerja Berdasarkan Tipe Kompetensi
Kedua, jika melihat tahapan penilaian kinerja karyawan yang diterapkan pada PT. GAE saat ini, baik tahapan penilaian
dengan proses wawancara atau tidak, belum
terdapat proses komunikasi atau koordinasi lanjutan dengan karyawan setelah tahapan penilaian dilaksanakan. Hal tersebut berbeda dengan pendapat yang dikemukakan oleh (Rahadi, 2010) dalam
tahapan penilaian kinerja, secara umum manajer atau
penilai memiliki kewajiban untuk memberikan umpan balik bagi karyawan
yang dinilai. Bentuk umpan balik yang diberikan dapat berupa informasi mengenai kemajuan atau kemunduran pencapaian suatu tujuan berdasarkan standar kinerja. Tahapan pemberian umpan balik mempunyai
kemampuan untuk membantu memberikan koreksi atas apa
yang telah dilakukan karyawan. Selain itu, pemberian umpan balik dalam
tahapan penilaian kinerja dapat memberikan
kesan transparan dalam pelaksanaan penilaian kinerja.
Kendala dalam Implementasi Penilaian Kinerja Karyawan
Sesuai dengan hasil
analisis data penelitian
yang telah dilakukan, bahwa belum terdapat
proses komunikasi atau verifikasi dengan karyawan pada tahap persiapan dan akhir penilaian kinerja. Sehingga, hal ini
memicu asumsi dari karyawan bahwa
penilaian kinerja yang dilaksanakan kurang transparan. Berbeda dengan pernyataan Keeping dan
Levy yang dikutip dari (Simarmata,
2017) yang mengungkapkan bahwa unsur transparan
sangat penting dalam pelaksanaan penilaian kinerja. Komponen keempat yakni fairness berkaitan dengan keterbukaan yang didalamnya terdapat aspek akurasi, transparansi, tepat waktu, dan akuntabel. Pendapat Keeping dan
Levy sejalan dengan pendapat dari (Mondy, 2008) mengenai karakteristik
penialain kinerja yang harus terpenuhi, sehingga sistem penilaian kinerja tersebut dapat dikatakan efektif, yaitu atasan harus
memastikan bahwa karyawan memiliki akses terhadap hasil penilaian yang telah dilakukan. Tersedianya akses terhadap hasil penilaian akan memberikan kesempatan bagi karyawan untuk
mengetahui kekurangan dan dapat menentukan langkah perbaikan bagi diri sendiri.
Transparansi sebaiknya dilakukan
sejak awal perumusan atau penyusunan indikator, faktor, atau standar
kerja sebelum diadakannya penilaian kinerja karyawan. Manajemen perusahaan sebaiknya melakukan komunikasi dan diskusi bersama karyawan untuk menyepakati aspek penilaian yang digunakan. Pernyataan ini diperkuat oleh pendapat dari (Aguinis et al., 2013) tentang ciri-ciri instrumen
penilaian kinerja yang baik untuk digunakan,
adalah komponen penilaian sebaiknya dikomunikasikan agar mendapat dukungan dan dapat dipahami oleh karyawan.
Pendapat dari Cascio yang dikutip dalam (Suwatno
& Priansa, 2011) terdapat syarat sistem
penilaian kinerja yang efektif, yaitu: (1) Relevance. (2) Sensitivity. (3) Reliability.
(4) Acceptability. (5) Parcticality. (6)
Supervisor. Salah satu
yang penting adalah reliability atau
reliabilitas. Hasil
dari suatu penilaian kinerja harus dapat dipercaya
dan konsisten. Hasil penilaian
kinerja dapat dikatakan memiliki reliabilitas tinggi jika dua atau
lebih hasil penilaian kinerja menunjukan angka yang relatif sama atau
nilainya mendekati. Namun, pelaksanaan penilaian kinerja pada PT. GAE, masih berasal
dari satu arah (top-down), sehingga satu
hasil penilaian tidak dapat dibandingkan
dengan hasil penilaian lain. Disisi lain, hal ini
menunjukan bahwa tingkat reliabilitas hasil penilaian masih terbilang rendah. Jika tingkat reliabilitas suatu metode penilaian kinerja masih rendah,
maka dapat dikatakan metode penilaian yang sedang berjalan belum efektif.
Tidak hanya dari
sudut pandang karyawan, tetapi terdapat kendala lain yang berasal dari sudut
pandang atasan sebagai penilai, yaitu: indikator dan standar penilaian kinerja yang kurang jelas. Menurut pendapat (Aguinis et al., 2013) terdapat ciri-ciri formulir penilaian yang baik, salah satunya comperhensiveness atau kelengkapan. Comperhenviveness berarti indikator atau faktor penilaian
kinerja harus jelas dan mencangkup semua bidang utama pekerjaan
yang dilaksanakan karyawan.
Pendapat lain yang bersifat
mendukung dikemukakan oleh (Rahadi, 2010) bahwa terdapat empat hal yang harus diperhatikan dalam menyusun indikator atau faktor penilaian kinerja, yaitu: (1) Validity. (2) Agreement. (3) Realism.
(4) Objectivity. Validity mencerminkan keabsahan
standar penilaian kinerja sesuai dengan jenis pekerjaan
yang dinilai. Standar yang tertera dalam penilaian
kinerja memang benar sesuai atau
relevan dengan jenis pekerjaan yang akan dinilai. Namun,
formulir penilaian kinerja yang digunakan saat ini pada PT. GAE masih bersifat umum
dan dapat digunakan untuk menilai seluruh
karyawan pada departemen
yang berbeda. Formulir yang
digunakan belum mencangkup secara spesifik suatu standar teknis pekerjaan yang harus dilakukan karyawan pada departemen masing-masing, sehingga hal inilah
yang memunculkan permasalahan
mengenai faktor atau standar penilaian
kinerja yang telah digunakan kurang jelas.
Kesimpulan
Sesuai dengan hasil analisis data yang telah dipaparkan, maka didapatkan kesimpulan mengenai implementasi penilaian kinerja karyawan pada PT. GAE, yakni:
(1) Internalisasi budaya perusahaan merupakan langkah penting untuk memperjelas standar kinerja dan cara bersikap bagi
karyawan. Selanjutnya, instrumen penilaian kinerja diharapkan relevan dengan pendekatan pengelolaan SDM yang diterapkan perusahaan untuk memastikan instrumen tersebut dapat mengukur kinerja dengan lebih optimal. Tahap dalam implementasi penilaian kinerja yang diterapkan pada PT. GAE saat ini
sudah cukup baik, tetapi diharapkan
manajemen perusahaan lebih transparan dalam mendiskusikan standar atau indikator
penilaian yang digunakan
dan mengkomunikasikan hasil
penilaian kinerja bersama karyawan. (2) Segala aspek yang berkaitan dengan implementasi penilaian kinerja karyawan PT. GAE telah berjalan
cukup baik. Tetapi terdapat beberapa kendala yang perlu disadari manajemen agar dapat ditanggulangi dengan baik, seperti: proses penilaian kinerja kurang transparan, penilaian bersumber hanya dari satu
arah (top-down), indikator
dan standar penilaian kurang jelas, serta
terjadi keterlambatan pengumpulan formulir hasil penilaian kinerja karyawan. (3) Solusi yang
biasa diterapkan oleh manajemen perusahaan dalam menghadapi kendala penilaian kinerja karyawan diharapkan dilaksanakan secara konsisten. Namun, terdapat beberapa solusi yang dirasa kurang optimal, karena diterapkan hanya berdasarkan pengalaman dan asumsi (hal yang dianggap baik) pihak manajemen
perusahaan. Sehingga, beberapa solusi perlu mendapatkan perbaikan.
Bibliografi
Aguinis,
H., Joo, H., & Gottfredson, R. K. (2013). What monetary rewards can and
cannot do: How to show employees the money. Business Horizons, 56(2),
241–249.
Dessler,
G. (2008). Human Resource Management. 11th. NewJersy: Pearson Prentice Hall.
Hasibuan,
M. S. P. (2014). Manajemen sumber daya manusia (revisi). Jakarta: Bumi Aksara.
Hirschi,
K. K., Ingram, D. A., & Yoder, M. C. (2008). Assessing identity, phenotype,
and fate of endothelial progenitor cells. Arteriosclerosis, Thrombosis, and
Vascular Biology, 28(9), 1584–1595.
Nurmianto,
E. (2008). Ergonomic intervention in handicraft producing operation. 9th
Asia Pasific Industrial Engineering & Management System, Bali, Indonesia,
1008–1011.
Rachman,
G. (2014). Zero-sum world: politics, power and prosperity after the crash.
Atlantic Books Ltd.
Rahadi,
D. R. (2010). Manajemen Kinerja Sumber Daya Manusia. Malang: Tunggal Mandiri
Publishing.
Robbins,
T. W., & Arnsten, A. F. T. (2009). The neuropsychopharmacology of
fronto-executive function: monoaminergic modulation. Annual Review of
Neuroscience, 32, 267–287.
Saridawati,
S. (2018). Pengelolaan Dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pada Pt. Atmoni
Shamasta Prezki. Syntax Literate; Jurnal Ilmiah Indonesia, 3(9),
107–122.
Simarmata,
P. (2017). Hukum Zona Ekonomi Eksklusif dan Hak Indonesia Menurut Undang-Undang
RI Nomor 5 Tahun 1983. Syntax Literate; Jurnal Ilmiah Indonesia, 2(2),
108–123.
Sopiah,
N., & Muzakir, A. (2016). Penggunaan Metode Tcsd (Task Centered System
Design) dalam Website Rekam Medis Pada Rumah Sakit Pelabuhan Palembang. Jurnal
Ilmiah MATRIK, 18(2), 101–112.
Sugiyono.
(n.d.). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Suwatno,
H., & Priansa, D. J. (2011). Manajemen SDM dalam organisasi Publik dan
Bisnis. Bandung: Alfabeta.
Vakili,
M., Rafatullah, M., Salamatinia, B., Abdullah, A. Z., Ibrahim, M. H., Tan, K.
B., … Amouzgar, P. (2014). Application of chitosan and its derivatives as
adsorbents for dye removal from water and wastewater: A review. Carbohydrate
Polymers, 113, 115–130.